Jumat, 16 Oktober 2009

Gambarkita :Kurang gizi

setiap tahunnya anak miskin mengalami gizi buruk, bahkan meninggal dunia akibat kelaparan
5,1 Juta Balita Gizi Buruk, 54 Persen Meninggal
Gizi.net - Sejumlah penelitian yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) menyebutkan, sejak tahun 1989 keadaan fisik rakyat Indonesia tidak mengalami perbaikan signifikan. Banyak hal yang dapat mencerminkan masalah ini, salah satunya adalah rendahnya asupan gizi pada masyarakat.

"Kualitas besaran gizi yang hanya berkisar 6,04 persen hingga 10,35 persen menunjukkan rendahnya asupan gizi masyarakat. Hal ini bertambah buruk, saat tahun 2002 lalu diketahui terdapat 1,4 juta balita dianggap tidak memiliki asupan gizi yang baik," ujar Guru Besar Ilmu Pangan dan Gizi Masyarakat IPB, Ali Khomsan, kepada SP di Jakarta, Rabu (23/1).

Ali mengingatkan, kekurangan gizi membuat 1,4 juta balita kehilangan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Maka bisa diprediksi kelak mereka tidak akan menunjukkan performa fisik dan intelektual yang maksimal. Sekarang ini, katanya, berdasarkan estimasi, ada 5,1 juta balita yang terancam mengalami gizi buruk.

Rendahnya kualitas asupan gizi, ungkap Ali, juga disinyalir sebagai penyebab kualitas fisik orang Indonesia lebih rendah dari bangsa lain. Hal ini ditunjukkan dari laporan Dana PBB untuk Anak-anak (Unicef) pada 2000 lalu, yang menyebutkan bahwa anak-anak Indonesia yang berusia dua tahun ternyata memiliki berat badan lebih rendah 2 kg dan tinggi tubuh lebih rendah 5 cm, bila dibandingkan anak-anak negara lain.

Menurut dia, meskipun begitu, upaya pemerintah untuk menurunkan angka gizi buruk perlu mendapat apresiasi, karena berdasarkan angka jumlah kasus gizi buruk yang ditemukan dan ditangani oleh petugas kesehatan menurun, dari 76.176 kasus pada 2005 menjadi 19.567 pada 2006. Jumlah yang meninggal juga turun dari 293 anak pada 2005 menjadi 193 pada 2006.

Sebabkan Kematian

Sementara itu, dokter anak dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Yosef Hartadi mengungkapkan, 54 persen kematian bayi dan balita terjadi akibat gizi kurang. Jadi, jika estimasi para ahli gizi terdapat 5,1 juta balita mengalami gizi buruk, maka yang terancam meninggal bisa mencapai 2,6 juta balita.

Sisanya, menurut Yosef, terjadi akibat serangan berbagai penyakit termasuk diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan campak. Meskipun ada dua persoalan besar, gizi lebih dan gizi kurang, akan lebih bagus pemerintah tetap fokus pada masalah gizi kurang. Gizi lebih karena ketidaktahuan soal pola makan. "Itu menunjukkan kekurangan gizi merupakan faktor utama yang menyebabkan kematian bayi dan balita. Masalah gizi umumnya disebabkan oleh dua faktor utama, yakni infeksi penyakit dan rendahnya asupan gizi akibat kurangnya ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga atau pola asuh yang salah," ujarnya.

Kemiskinan, pendidikan yang rendah, dan minimnya kesempatan kerja akibat kondisi politik dan ekonomi yang buruk, kata dia, juga merupakan faktor pemicu timbulnya masalah gizi dalam masyarakat.

Penanggulangan masalah gizi ditargetkan dapat menurunkan prevalensi gizi kurang pada balita menjadi 20 persen dan gizi buruk menjadi lima persen pada 2006. Ini dilakukan melalui berbagai upaya, seperti peningkatan cakupan deteksi gizi buruk melalui penimbangan balita di posyandu dan puskesmas serta peningkatan suplemen gizi pada anak.

Selain itu, penanggulangan masalah gizi juga dilakukan dengan meningkatkan jangkauan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di rumah tangga, puskesmas dan rumah sakit, serta pembentukan keluarga sadar gizi. Upaya-upaya itu diterjemahkan ke dalam berbagai program pencegahan dan penanggulangan gizi buruk, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

Program pencegahan dan penanggulangan gizi buruk yang telah dilakukan pemerintah, antara lain promosi pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, pemberian makanan tambahan, pemberian suplemen vitamin A dan zat besi, pendampingan keluarga, program pola asuh gizi, dan program keluarga sadar gizi.
Informasi tentang..
NAMA
malnutrisi
DEFINISI
malnutrisi dapat terjadi oleh karena kekurangan gizi (undernutrisi) maupun karena kelebihan gizi (overnutrisi).
keduanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan asupan zat gizi esensial.

perkembangan malnutrisi melalui 4 tahapan:
  1. perubahan kadar zat gizi dalam darah dan jaringan
  2. perubahan kadar enzim
  3. kelainan fungsi pada organ dan jaringan tubuh
  4. timbulnya gejala-gejala penyakit dan kematian.

kebutuhan tubuh akan zat gizi bertambah pada beberapa tahapan kehidupan tertentu, yaitu:
- pada masa bayi, awal masa kanak-kanak, remaja
- selama kehamilan
- selama menyusui.

pada usia yang lebih tua, kebutuhan akan zat gizi lebih rendah, tetapi kemampuan untuk menyerap zat gizipun sering menurun. oleh karena itu, resiko kekurangan gizi pada masa ini adalah lebih besar dan juga pada masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah.


penilaian status gizi

untuk menilai status gizi seseorang, ditanyakan tentang makanan dan masalah kesehatan, dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium tertentu.
pada pemeriksaan darah dilakukan pengukuran kadar zat gizi dan bahan-bahan yang tergantung kepada kadar zat gizi (misalnya hemoglogbin, hormon tiroid dan transferin).

untuk menentukan riwayat makan seseorang, ditanyakan makanan apa yang dimakan dalam 24 jam terakhir dan jenis makanan seperti apa yang biasanya dimakan. dibuat catatan tentang daftar makanan yang dimakan selama 3 hari.
selama pemeriksaan fisik, diamati penampilan secara keseluruhan dan tingkah lakunya, juga distribusi lemak tubuh serta fungsi organ tubuhnya.

kekurangan zat gizi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. misalnya, perdarahan lambung dapat menyebabkan anemia karena kekurangan zat besi.
seseorang yang telah diobati dengan vitamin a dosis tinggi karena berjerawat, bisa mengalami sakit kepala dan penglihatan ganda sebagai akibat keracunan vitamin a.

berbagai sistem tubuh bisa dipengaruhi oleh kelainan gizi:
  1. sistem saraf bisa terkena oleh kekurangan niasin (pelagra), beri-beri, kekurangan atau kelebihan vitamin b6 (piridoksin) dan kekurangan vitamin b12
  2. pengecapan dan pembauan bisa dipengaruhi kekurangan seng
  3. sistem pembuluh darah jantung bisa dipengaruhi oleh :
    - beri-beri
    - kegemukan (obesitas)
    - makanan tinggi lemak menyebabkan hiperkolesterolemi dan penyakit jantung koroner
    - makanan kaya garam bisa menyebabkan tekanan darah tinggi
  4. saluran pencernaan dipengaruhi oleh pelagra, kekurangan asam folat dan banyak minum alkohol
  5. mulut (lidah, bibir, gusi dan membran mukosa) dipengaruhi oleh kekurangan vitamin b dan vitamin c
  6. pembesaran kelenjar tiroid terjadi akibat kekurangan iodium
  7. kecenderungan mengalami perdarahan dan gejala pada kulit seperti ruam kemerahan, kulit kering dan pembengkakan karena penimbunan cairan (edema) bisa terjadi pada kekurangan vitamin k, kekurangan vitamin c, kekurangan vitamin a dan beri-beri
  8. tulang dan sendi dapat terkena ricketsia, osteomalasia, osteoporosis dan kekurangan vitamin c.

status gizi seseorang dapat ditentukan melalui beberapa cara, yaitu:
  1. mengukur tinggi badan dan berat badan, lalu membandingkannya dengan tabel standar.
  2. menghitung indeks massa tubuh (bmi, body mass index), yaitu berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter).
    indeks massa tubuh antara 20-50 dianggap normal untuk pria dan wanita.
  3. mengukur ketebalan lipatan kulit.
    lipatan kulit di lengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dengan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
    lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh.
    lipatan lemak normal adalah sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
  4. status gizi juga bisa diperoleh dengan mengukur lingkar lengan atas untuk memperkirakan jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body mass, massa tubuh yang tidak berlemak).

foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang disebabkan oleh malnutrisi.

pada malnutrisi yang berat, dilakukan pemeriksaan hitung jenis sel darah lengkap serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk mengukur kadar vitamin, mineral dan limbah metabolit seperti urea.

pemeriksaan kulit juga bisa dilakukan untuk menilai jenis-jenis tertentu dari kekebalan.


faktor resiko

bayi dan anak-anak merupakan resiko terbesar untuk mengalami kekurangan gizi karena mereka membutuhkan sejumlah besar kalori dan zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
mereka bisa mengalami kekurangan zat besi, asam folat, vitamin c dan tembaga karena makanan yang tidak memadai.
kekurangan asupan protein, kalori dan zat gizi lainnya bisa menyebabkan terjadinya kekurangan kalori protein (kkp), yang merupakan suatu bentuk dari malnutrisi yang berat, yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan.

kecenderungan untuk mengalami perdarahan pada bayi baru lahir (penyakit hemoragik pada bayi baru lahir), disebabkan oleh kekurangan vitamin k, dan bisa berakibat fatal.

sejalan dengan pertumbuhannya, kebutuhan makanan anak-anak akan bertambah, karena laju pertumbuhan mereka juga bertambah.

pada wanita hamil atau wanita menyusui, kebutuhan zat gizi meningkat untuk mencegah malnutrisi pada bayi dan dirinya sendiri.
asam folat diberikan selama kehamilan untuk menurunkan resiko gangguan perkembangan otak atau tulang belakang (spina bifida) pada bayi.
meskipun pada wanita-wanita pemakai pil kb lebih mungkin untuk menderita kekurangan asam folat, tidak ada bukti bahwa bayinya akan menderita defisiensi asam folat.

bayi yang berasal dari ibu peminum alkohol akan mengalami gangguan keseimbangan fisik dan mental (sindroma alkohol pada janin), karena penyalahgunaan alkohol dan malnutrisi yang disebabkannya, bisa mempengaruhi pertumbuhan janin.

bayi yang mendapatkan asi eksklusif, bisa mengalami kekurangan vitamin b12, jika ibunya adalah seorang vegetarian.

pada orang tua dapat terjadi malnutrisi karena:
- merasa kesepian
- fisik dan mental yang mulai menurun
- kurang bergerak
- penyakit kronik.
kemampuan penyerapan zat gizi pada orang tuapun sudah menurun, memungkinkan terjadi berbagai masalah seperti anemia karena kekurangan zat besi, osteoporosis dan osteomalasia.

proses penuaan disertai dengan kehilangan sejumlah massa otot yang tidak ada hubungannya dengan penyakit atau kekurangan makanan. berkurangnya massa otot ini sekitar 11 kg untuk laki-laki dan 5,5 kg untuk wanita.
perhitungan tersebut berdasarkan:
- berkurangnya kecepatan proses metabolisme
- berkurangnya berat badan total dan
- bertambahnya lemak tubuh sekitar 20-30% pada laki-laki dan 27-40% pada wanita.
karena perubahan-perubahan tersebut dan karena berkurangnya aktivitas fisik, orang tua memerlukan lebih sedikit kalori dan protein.

pada orang-orang yang mempunyai penyakit kronik yang menyebabkan malabsorbsi, cenderung memiliki kesulitan dalam menyerap vitamin yang larut dalam lemak (a, d, e dan k), vitamin b12, kalsium dan zat besi.
penyakit hati mengganggu penyimpanan vitamin a dan b12, dan mempengaruhi metabolisme protein dan glukosa (sejenis gula).
penderita penyakit ginjal cenderung mengalami kekurangan protein, zat besi dan vitamin d.

sebagian besar vegetarian merupakan vegetarian ovo-lakto, yaitu mereka tidak mengkonsumsi daging dan ikan, tapi mengkonsumsi telur dan produk olahan susu. satu-satunya resiko dari diet semacam ini adalah kekurangan zat besi.
vegetarian ovo-lakto cenderung berumur lebih panjang dan memiliki resiko yang lebih kecil untuk menderita penyakit kronik dibandingkan orang yang mengkonsumsi daging.
tetapi kesehatan mereka yang lebih baik, juga merupakan hasil dari menghindari pemakaian alkohol dan tembakau, dan mereka cenderung berolah raga secara teratur.
vegetarian yang tidak mengkonsumsi produk hewan (vegan), memiliki resiko untuk menderita kekurangan vitamin b12. makanan bergaya oriental dan makanan yang difermentasi lainnya (misalnya minyak ikan), bisa memenuhi kebutuhan akan vitamin b12.

banyak makanan yang dinyatakan dapat meningkatkan kesehatan atau menurunkan berat badan. tetapi pembatasan makanan yang sangat ketat, berdasarkan ilmu gizi adalah tidak sehat, karena dapat menyebabkan: kekurangan vitamin, mineral dan protein gangguan jantung, ginjal dan metabolisme kematian .
asupan kalori yang sangat rendah (kurang dari 400 kalori/hari) tidak dapat mempertahankan kesehatan dalam waktu yang lama.

ketagihan alkohol atau obat-obatan bisa merusak gaya hidup seseorang sehingga asupan makanan yang cukup tidak terpenuhi, dan terdapat gangguan pada penyerapan dan metabolisme zat-zat gizi.
alkoholisme adalah bentuk ketagihan obat yang paling sering ditemukan, yang memberikan efek serius terhadap status gizi seseorang. pemakaian alkohol dalam jumlah yang sangat besar merupakan racun yang akan merusak jaringan, terutama pada saluran pencernaan, hati, pankreas dan sistem saraf (termasuk otak).
alkoholisme merupakan penyebab paling sering dari kekurangan vitamin b1 (tiamin) di usa dan juga menyebabkan kekurangan magnesium, zat besi dan vitamin lainnya.


pemberian makanan

jika zat makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, bisa diberikan melalui sebuah selang yang dimasukkan kedalam saluran pencernaan (nutrisi enteral) atau secara intravena (nutrisi parenteral).
kedua cara tersebut bisa digunakan untuk memberikan makanan kepada orang-orang yang tidak mau atau tidak dapat makan, atau tidak dapat mencerna dan menyerap zat makanan.

pemberian makanan melalui selang

penberian makanan melalui selang digunakan pada berbagai keadaan, termasuk pada penyembuhan luka bakar dan penyakit peradangan saluran pencernaan.

sebuah selang plastik tipis (pipa nasogastrik) dimasukkan melalui hidung, menyusuri kerongkongan sampai mencapai lambung atau usus halus.
jika selang ini harus digunakan untuk waktu yang lama, bisa secara langsung dimasukkan melalui sayatan kecil di dinding perut, ke dalam lambung atau usus halus.

cairan yang dimasukkan melalui selang ini mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. 2-45% dari kebutuhan kalori total, berasal dari lemak.

masalah yang timbul dari pemberian makanan lewat selang ini sangat jarang dan tidak terlalu serius:
- pada beberapa penderita terjadi diare dan gangguan perut
- kerongkongan bisa mengalami iritasi dan peradangan
- makanan bisa terhirup ke dalam paru-paru. merupakan komplikasi yang serius, tapi jarang terjadi. bisa dicegah dengan menempatkan kepala pada posisi yang lebih tinggi untuk mengurangi regurgitasi atau dengan memasukkan cairan secara perlahan.


pemberian makanan secara intravena

pemberian makanan secara intravena digunakan jika penderita tidak dapat menerima sejumlah makanan yang cukup melalui pipa nasogastrik.
penderita yang mendapatkan makanan melalui intravena adalah:
- penderita yang mengalami malnutrisi yang sangat berat dan akan menjalani pembedahan, terapi penyinaran atau kemoterapi
- penderita luka bakar berat
- kelumpuhan saluran pencernaan
- diare atau muntah yang menetap.

pemberian makanan melalui selang infus ini dapat memasok sebagian dari zat makanan yang dibutuhkan penderita atau seluruhnya (nutrisi parenteral total).
tersedia sejumlah cairan yang bisa diberikan dan dapat dimodifikasi untuk penderita penyakit ginjal atau hati.

nutrisi parenteral total memerlukan selang intravena yang lebih besar (kateter). karena itu digunakan pembuluh balik (vena) yang lebih besar, misalnya vena subklavia.

seseorang yang menjalani nutrisi parenteral total dipantau secara ketat terhadap perubahan berat badan, pengeluaran air kemih dan tanda-tanda infeksi.
bila kadar gula darahnya menjadi terlalu tinggi, bisa ditambahkan insulin ke dalam cairan yang diberikan.

infeksi merupakan resiko karena kateter biasanya digunakan untuk waktu yang lama dan cairan yang mengalir di dalamnya memiliki kadar gula yang tinggi, dimana bakteri bisa tumbuh dengan mudah.

nutrisi parenteral total bisa menyebabkan komplikasi lainnya:
- jika terlalu banyak kalori, terutama lemak, hati bisa membesar.
- lemak yang berlebihan di dalam vena bisa menyebabkan sakit punggung, demam, menggigil, mual dan berkurangnya jumlah trombosit. tetapi hal ini terjadi pada kurang dari 3% penderita.
- penggunaan jangka panjang bisa menyebabkan nyeri tulang.


kelaparan

kelaparan bisa merupakan akibat dari: puasa anoreksia nervosa penyakit saluran pencernaan yang berat stroke koma,

tubuh melawan kelaparan dengan memecahkan jaringannya sendiri dan menggunakannya sebagai sumber kalori. sebagai akibatnya, organ-organ dalam dan otot mengalami kerusakan yang progresif dan lemak tubuh (jaringan adiposa) semakin menipis.

seorang dewasa dapat kehilangan separuh dari berat badannya dan anak-anak lebih dari separuh berat badannya.
kehilangan berat yang sebanding paling banyak terjadi di hati dan usus, lalu di jantung dan ginjal, dan paling sedikit di sistem saraf.

tanda yang paling jelas dari berkurangnya berat badan adalah berkurangnya lemak di bagian tubuh yang dalam keadaan normal menyimpan lemak, berkurangnya ukuran otot dan menonjolnya tulang-tulang.

kulit menjadi tipis, kering, tidak elastis, pucat dan dingin.

rambut menjadi kering, jarang/tipis dan mudah rontok.

sebagian besar sistem tubuh akan terkena akibatnya dan kelaparan total akan berakibat fatal dalam 8-12 minggu.


bagaimana kelaparan mempengaruhi sistem tubuh.

sistem efek
sistem pencernaan menurunkan produksi asam lambung diare yg sering & bisa berakibat fatal
sistem kardiovaskuler
(jantung & pembuluh darah)
mengurangi ukuran jantung & jumlah darah yg dipompa, memperlambat denyut jantung & menurunkan tekanan darah pada akhirnya menyebabkan kegagalan jantung
sistem pernafasan memperlambat pernafasan, mengurangi kapasitas paru-paru pada akhirnya menyebabkan kegagalan pernafasan
sistem reproduksi mengurangi ukuran indung telur (pada wanita) & buah zakar (pada laki-laki) kehilangan gairah seksual (libido) terhentinya siklus menstruasi
sistem saraf apati & mudah tersinggung, meskipun intelektual tidak terganggu
sistem muskuler
(otot)
kesanggupan yang rendah untuk melakukan latihan atau kerja, karena berkurangnya ukuran & kekuatan otot
sistem hematologis
(darah)
anemia
sistem metabolik suhu tubuh yg rendah (hipotermia), sering menyebabkan kematian pengumpulan cairan di kulit, terutama disebabkan oleh hilangnya lemak dibawah kulit
sistem kekebalan terganggunya kemampuan untuk melawan infeksi & penyembuhan luka


pengembalian asupan makanan seperti sedia kala membutuhkan waktu tergantung pada berapa lama orang tersebut mengalami kelaparan dan seberapa parah organ tubuh yang terkena akibat kelaparan tersebut.
saluran pencernaan menyusut selama kelaparan, dan tidak dapat berfungsi langsung saat pertama kali. cairan seperti jus, susu dan sup sangat disarankan bagi pasien yang dapat makan lewat mulut untuk pertama kali makan.

setelah beberapa hari makanan cair tersebut dapat diganti dengan makanan yang lebih padat dan kalorinya dinaikkan secara bertahap mulai dari 500 kalori/hari.
biasanya makanan padat yang dihancurkan diberikan dalam porsi kecil pada beberapa waktu untuk menghindari diare.

penderita harus bertambah 3 atau 4 pond seminggu sampai berat badan normal tercapai.
pada awalnya beberapa penderita harus mendapatkan makanannya lewat pipa nasogastrik.
pemberian makanan lewat infus diperlukan bila penderita mengalami malabsorpsi dan diare persisten.


kurang kalori protein

diantara kelaparan yang berat dan nutrisi yang cukup, terdapat tingkatan yang bervariasi dari nutrisi yang tidak memadai, seperti kurang kalori protein (kkp), yang merupakan penyebab kematian pada anak-anak di negara-negara berkembang.

pertumbuhan yang cepat, adanya infeksi, cedera atau penyakit menahun, dapat meningkatkan kebutuhan akan zat-zat gizi, terutama pada bayi dan anak-anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi.

kurang kalori protein disebabkan oleh konsumsi kalori yang tidak memadai, yang mengakibatkan kekurangn protein dan mikronutrisi (zat gizi yang diperlukan dalam jumlah sedikit, misalnya vitamin dan mineral).

terdapat tiga jenis kkp, yaitu:
  1. kkp kering : jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidrasi
  2. kkp basah : jika seseorang tampak membengkak karena tertahannya cairan
  3. kkp menengah : jika seseorang berada dalam kondisi diantara kkp kering dan kkp basah.

kkp kering disebut marasmus, merupakan akibat dari kelaparan yang hampir menyeluruh.
seorang anak yang mengalami marasmus, mendapatkan sangat sedikit makanan, sering disebabkan karena ibu tidak dapat memberikan asi.
badannya sangat kurus akibat hilangnya otot dan lemak tubuh.
hampir selalu disertai terjadinya infeksi.
jika anak mengalami cedera atau infeksi yang meluas, prognosanya buruk dan bisa berakibat fatal.

kkp basah disebut kwashiorkor, yang dalam bahasa afrika berarti 'anak pertama-anak kedua'.
istilah tersebut berdasarkan pengamatan bahwa anak pertama menderita kwashiorkor ketika anak kedua lahir dan menggeser anak pertama dari pemberian asi ibunya. anak pertama yang telah disapih tersebut mendapatkan makanan yang jumlah zat gizinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan asi, sehingga tidak tumbuh dan berkembang.
kekurangan protein pada kwashiorkor biasanya lebih jelas dibandingkan dengan kekurangan kalori, yang mengakibatkan:
- tertahannya cairan (edema)
- penyakit kulit
- perubahan warna rambut.
anak yang menderita kwashiorkor biasanya telah menjalani penyapihan, sehingga usianya lebih besar daripada anak yang menderita marasmus.

kkp menengah disebut marasmik-kwashiorkor.
anak-anak yang menderita kkp ini menahan beberapa cairan dan memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan dengan penderita marasmus.

kwashiorkor lebih jarang ditemukan dan biasanya terjadi dalam bentuk marasmik-kwashiorkor.
kwashiorkor cenderung terjadi di negara-negara dimana serat dan makanan digunakan untuk menyapih bayi (misalnya umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang), yang sedikit mengandung protein dan sangat banyak mengandung zat tepung; yaitu di pedesaan afrika, karibia, kepulauan pasifik dan asia tenggara.

pada marasmus, sebagaimana yang terjadi pada kelaparan, tubuh menghancurkan/memecahkan jaringannya sendiri untuk digunakan sebagai kalori: cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati habis terpakai protein di otot dipecah untuk menghasilkan protein baru cadangan lemak dipecah untuk menghasilkan kalori.
sebagai akibatnya seluruh tubuh mengalami penyusutan.

pada kwashiorkor, tubuh hanya mampu menghasilkan sedikit protein baru. akibatnya kadar protein dalam darah menjadi berkurang, menyebabkan cairan terkumpul di lengan dan tungkai sebagai edema.
kadar kolesterol juga menurun dan terjadi perlemakan pada hati yang membesar (pengumpulan lemak yang berlebihan di dalam sel-sel hati).

kekurangan protein akan menganggu:
- pertumbuhan badan
- sistem kekebalan
- kemampuan untuk memperbaiki kerusakan jaringan
- produksi enzim dan hormon.

pada marasmus dan kwashiorkor sering terjadi diare.

perkembangan tingkah laku pada anak yang menderita malnutrisi berat sangat lambat dan bisa terjadi keterbelakangan mental.
biasanya anak yang menderita marasmus tampak lebih sakit daripada anak yang lebih tua yang menderita kwashiorkor.

seorang bayi yang menderita kkp biasanya mendapatkan makanannya melalui infus selama 24-48 jam pertama di rumah sakit.

antibiotik biasanya diberikan melalui cairan intravena, pada bayi-bayi yang mengalami infeksi berat.

bila sudah memungkinkan, susu formula diberikan lewat mulut.

jumlah kalori yang diberikan ditingkatkan secara bertahap, sehingga bayi yang pada saat masuk rumah sakit memiliki berat 6,5-7 kg, akan menunjukkan pertambahan berat sebesar 3,5 kg dalam 12 minggu.


prognosis

lebih dari 40% anak-anak yang menderita kkp meninggal.
kematian yang terjadi pada hari pertama pengobatan biasanya disebabkan oleh:
- gangguan elektrolit
- infeksi
- hipotermia (suhu tubuh yang sangat rendah)
- kegagalan jantung.

keadaan setengah sadar (stupor), jaundice (sakit kuning), pendarahan kulit, rendahnya kadar natrium darah dan diare yang menetap merupakan pertanda buruk.
pertanda yang baik adalah hilangnya apati, edema dan bertambahnya nafsu makan.

penyembuhan pada kwashiorkor berlangsung lebih cepat.

efek jangka panjang dari malnutrisi pada masa kanak-kanak tidak diketahui.
jika anak-anak diobati dengan tepat, sistem kekebalan dan hati akan sembuh sempurna. tetapi pada beberapa anak, penyerapan zat gizi di usus tetap mengalami gangguan.

beratnya gangguan mental yang dialami berhubungan dengan lamanya anak menderita malnutrisi, beratnya malnutrisi dan usia anak pada saat menderita malnutrisi.
keterbelakangan mental yang bersifat ringan bisa menetap sampai anak mencapai usia sekolah dan mungkin lebih.

Informasi Penyebab,Gejala, Pengobatan, Diagnosis, Pencegahan dan lain lain hanya ada di medicastore.com
Malnutrisi Kini Bagaikan Bom Waktu
Gizi.net - Masalah malnutrisi bagaikan 'bom waktu' yang siap meledak kapan saja. Para pakar kesehatan dari European Nutrition for Health Alliance (ENHA) memperhatikan masalah malnutrisi yang kian banyak menelan korban jiwa. Menurut Profesor Jean-Pierre Baeyens, wakil ketua ENHA, ada dua penyebab utama munculnya masalah malnutrisi yaitu akibat sakit dan usia yang makin tua. Menurutnya, malnutrisi ini sudah menjadi endemik di beberapa komunitas seperti rumah sakit dan rumah tinggal.

Para saintis dari ENHA bahkan bisa memastikan bahwa separuh dari pasien usia tua di rumah sakit dan juga yang tinggal di rumah memiliki masalah malnutrisi. Selain itu, mereka yang pernah menderita sakit dalam waktu lama juga memiliki risiko yang sama seperti orang-orang tua dalam hal malnutrisi.

''Malnutrisi kini menjadi endemik yang kian parah. Banyak orang tak memahami masalah ini. Jika kita tidak melakukan sesuatu sekarang maka kasus ini bisa terus meningkat. Kita seperti berhadapan dengan bom waktu,'' ungkap Jean-Pierre Baeyens kepada BBC.

Baeyens menjelaskan bahwa malnutrisi tidaklah sama dengan berat tubuh yang kurang meskipun seringkali terjadi orang yang mengalami masalah kurang berat badan juga mengalami malnutrisi. Menurutnya, sangat mungkin terjadi orang yang kelebihan berat badan juga mengalami malnutrisi. Malnutrisi yang dimaksudkan adalah jika tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang penting dan cukup bagi tubuh kita.

Malnutrisi ini sangat berkaitan dengan ongkos kesehatan yang tinggi. Profesor Marinos Elia, dari Klinik Nutrisi di Southampton University, memperkirakan bahwa malnutrisi ini telah menghabiskan biaya kesehatan yang sangat tinggi, yaitu mencapai tujuh miliar dolar AS per tahun.

Menurut Elia, dalam setahun terakhir telah terjadi pembiayaan nutrisi yang sangat besar untuk mengatasi masalah kesehatan di dunia. ''orang-orang yang mengalami nutrisi harus tinggal lebih lama di rumah sakit,'' paparnya memberi alasan.

Menurutnya, ada cara yang sangat sederhana untuk mengatasi masalah ini untuk menghindari membengkaknya biaya kesehatan. Dia mencontohkan, rumah sakit di Skotlandia telah mempelopori untuk mencari pasien-pasien yang mengalami malnutrisi. Mereka kemudian menolong pasien ini dengan memberikan makanan yang tepat, termasuk suplemen.

Professor Peter Kopelman dari Royal College of Physicians melihat masalah malnutrisi ini dari sudut yang berbeda. Menurutnya, malnutrisi juga banyak terjadi di rumah sakit di Inggris. Padahal, lanjutnya, dalam tahun-tahun terakhir telah terjadi peningkatan kualitas makanan di rumah sakit. Namun, masalah malnutrisi tetap saja terjadi. ''Maka yang perlu dilakukan justru pelatihan bagi tenaga kesehatan profesional mengenai nutrisi yang penting bagi tubuh,'' katanya.

Senin 05-03-2007
dr. M.Ikhsan Mokoagow: Menilik Malnutrisi dari Sisi yang Berbeda
Malnutrisi adalah istilah umum untuk suatu kondisi medis yang disebabkan oleh pemberian atau cara makan yang tidak tepat atau tidak mencukupi.
Istilah ini seringkali lebih dikaitkan dengan keadaan undernutrition (gizi kurang) yang diakibatkan oleh konsumsi makanan yang kurang, penyerapan yang buruk, atau kehilangan zat gizi secara berlebihan. Namun demikian, sebenarnya istilah tersebut juga dapat mencakup keadaan overnutrition (gizi berlebih). Seseorang akan mengalami malnutrisi bila jumlah, jenis, atau kualitas yang memadai dari zat gizi yang mencakup diet yang sehat tidak dikonsumsi untuk jangka waktu tertentu yang cukup lama. Keadaan yang berlangsung lebih lama lagi dapat menyebabkan terjadinya kelaparan.

Manutrisi akibat asupan zat gizi yang kurang untuk menjaga fungsi tubuh yang sehat seringkali dikaitkan dengan kemiskinan, terutama pada negara-negara berkembang. Sevaliknya, malnutrisi akibat pola makan yang berlebih atau asupan gizi yang tidak seimbang lebih sering diamati pada negara-negara maju, misalnya dikaitkan dengan angka obesitas yang meningkat. Obesitas adalah suatu keadaan di mana cadangan energi yang disimpan pada jaringan lemak sangat meningkat hingga ke mencapai tingkatan tertentu, yang terkait erat dengan gangguan kondisi kesehatan tertentu atau meningkatnya angka kematian.

Ketika berbicara mengenai gizi kurang (undernutrition), perhatian terbesar akan ditujukan pada anak, terutama balita. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut, asupan kurang yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, akan memberikan dampak terhadap proses tumbuh kembang anak dengan segala akibatnya di kemudian hari. Tidak hanya pada pertumbuhan fisik anak, tetapi juga perkembangan mentalnya. Satu hal yang akan berdampak pada produktivitas suatu bangsa.
Masalah malnutrisi masih ditemukan pada banyak tempat di Indonesia, dan ironisnya Indonesia mengalami kedua ekstrim permasalahan malnutrisi. Di satu sisi, daerah yang mengalami rawan pangan dan kelompok dengan kemampuan ekonomi yang kurang memadai amat rentan terhadap terjadinya malnutrisi dalam bentuk gizi kurang. Organisasi pangan dunia (FAO) mencatat pada kurun waktu 2001-2003 di Indonesia terdapat sekitar 13,8 juta penduduk yang kekurangan gizi. Sementara berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2005, angka gizi buruk dan gizi kurang adalah 28 persen dari jumlah anak Indonesia.

Di sisi lain, di beberapa tempat seperti daerah perkotaan dan pada kelompok ekonomi berkecukupan, obesitas menjadi bagian dari masalah kesehatan. Sekalipun belum ada data resmi yang diungkapkan pemerintah, beragam penelitian menunjukkan angka obesitas yang cukup mencengangkan. Satu di antaranya menyebutkan hingga 4,7% atau sekitar 9,8 juta penduduk Indonesia mengalami obesitas, belum termasuk 76,7 juta penduduk (17,5%) yang mengalami kelebihan berat badan atau berpeluang mengalami obesitas. Lebih menyedihkan lagi, angka obesitas pada anak juga cukup tinggi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh FK UNDIP pada kelompok usia 6-7 tahun di Semarang, didapatkan angka rata-rata obesitas sekitar 12,6%.

Sekalipun keadaan undernutrisi sering disebabkan oleh keadaan kekurangan pangan -- baik karena masalah produksi atau masalah distribusi -- patut dijadikan catatan bahwa tidak jarang undernutrisi, khususnya pada anak, juga terjadi karena kesalahan pola pemberian makanan ataupun jenis makanan yang diberikan. Akibatnya anak tidak mendapatkan asupan yang memadai bagi pertumbuhan fisik dan perkembangan mentalnya. Hal yang serupa juga terjadi pada masalah overnutrisi di mana, asupan yang didapatkan tidak semata-mata dalam jumlah yang banyak saja tetapi juga memiliki kandungan gizi yang nilai kalorinya terlalu tinggi. Sepintas, dapat diamati bahwa kedua permasalahan ini mungkin berpangkal pada pengetahuan yang kurang memadai tentang gizi di masyarakat. Oleh karenanya, edukasi kepada masyarakat dengan memberikan informasi yang tepat tentang pemenuhan gizi akan menjadi langkah yang baik dalam mencegah terjadinya undernutrisi maupun overnutrisi.

Berikut merupakan hal praktis dan sederhana yang dapat menjadi langkah awal dalam upaya mencegah terjadinya malnutrisi:

1.Pemberian ASI eksklusif sejak saat lahir hingga usia enam bulan merupakan langkah awal yang paling tepat dalam menjamin asupan yang baik. Di samping kecukupan kandungan gizinya bagi tumbuh kembang bayi pada usia tersebut, pemberian ASI menghindari terjadinya pemberian makanan yang belum siap diterima dan dapat berpeluang menimbulkan masalah pencernaan. Selain itu, pemberian makanan selain ASI pada usia tersebut akan mengurangi porsi pemberian ASI yang kemudian mengganggu produksi ASI oleh ibu.

2. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat mulai usia 6 - 24 bulan. Perlu ditekankan bahwa MPASI adalah pendamping bukan pengganti ASI.

3. Periksakan selalu pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin, baik ke tenaga kesehatan maupun melalui Posyandu. Dengan mengamati secara seksama tumbuh kembang anak, orang tua akan mampu mendeteksi secara dini adanya masalah gizi pada anak. Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah salah satu alat sederhana namun sangat bermanfaat dalam menepis kemungkinan masalah tersebut, serta memberikan informasi penting lain yang terkait seperti pola makan dan imunisasi. Kesalahan persepsi yang muncul di masyarakat adalah melihat pertumbuhan anak hanya secara kasat mata saja. Anak dianggap terlalu kurus, gemuk, atau normal berdasarkan pengamatan sepintas saja. Selain kurang tepat, hal ini bisa mengakibatkan tidak terdeteksinya masalah pertumbuhan fisik yang mungkin hampir tidak kentara. Pengukuran anthropometrik, seperti ukuran berat badan, panjang/tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar lengan atas, akan membantu menentukan status pertumbuhan seorang anak.

4. Memberikan makanan yang seimbang dan bergizi tidak selalu identik dengan memberikan bahan makanan yang mahal dan tidak terjangkau. Banyak makanan sehat yang bisa dibuat dengan mudah dan tanpa biaya besar. Di samping itu, penggunaan bahan lokal yang nilai gizinya baik perlu dikedepankan, karena keterjangkauan dan ketersediaannya amat membantu dalam upaya pemenuhan gizi yang baik.

5. Perlu disadari bahwa aktivitas makan ternyata tidak sesederhana yang seseorang bayangkan, tetapi ia juga mencakup dan terkait dengan beragam aspek. Nilai gizi suatu makanan, pola pemberiannya, pemilihan bahan makanan, cara pengolahan, kebersihan dan keamanan, bagian dari pembelajaran pada anak, fungsi sosial, hingga nilai estetika dari suatu makanan menyadarkan semua orang untuk selalu menambah pengetahuan, wawasan, dan pemahamannya. Sekalipun demikian, hal ini tidak berarti aktivitas makan harus dilihat sebagai suatu hal yang membingungkan atau bahkan menyulitkan
Pemahaman bahwa malnutrisi sebenarnya seringkali dapat dicegah bila seseorang memiliki bekal pengetahuan yang cukup, akan memicu keingintahuan semua orang untuk memperluas pengetahuan serta wawasannya. Adalah hal yang ironis bila malnutrisi yang terjadi di sekitar kita hanya karena pengetahuan yang kurang pada di era “banjir” informasi seperti sekarang ini.